Tak Sia – Sia
Karya : Bilqist Ummu Habibah ( IX.I )
Mentari
mulai menampakkan diri. Memberi kehangatan dan kesejukan jiwa. Membuka jendela
pagi menanti nyanyian burung. Hembusan angin sepoi, merasuk sampai tulang-tulang dalam.
Pagi ini, pagi yang begitu cerah. Pagi yang penuh
semangat dan penuh kebahagiaan. Itulah yang dirasakan Genta hari ini. Dia
begitu bersemangat karena hari ini Genta dan teman sekelompoknya yaitu Gea dan
Geli akan mempresentasikan sebuah tugas dari guru seni budaya, yang tak salah
lagi adalah pelajaran kesukaannya.
Seperti biasa dan wajib dikerjakan, Genta memulai paginya
dengan sarapan pagi, minta uang saku, lalu goes to school.
( setelah tiba dikelasnya )
“ Assalamu’alaikum, haa...? kok sepi? Ini
anak-anak pada kemana ya?”
Genta merasa bingung. Tak seperti biasa
kelasnya belum ada satu orangpun. Hanya Genta yang ada dikelasnya. Dengan
sergap Genta mengangkat tangan kirinya, di depan mata.
“ Busyet dah, ini masih
jam 6 lebih seperempat, pantesan aja anak-anak belum pada berangkat. Haduh,
enaknya ngapain ya?”, Gentapun berfikir sejenak. “ Hem, aku latihan ngomong aja
deh buat presentasi nanti.”
Detik, menitpun sudah berjalan hingga menunjukkan pukul
06.35. Teman-teman Genta sudah berlalu lalang masuk ke kelas. Termasuk Gea dan
Geli.
“ Hai, Ta. Tumben
berangkatnya duluan dari kita.” Sapa Gea dan Geli sambil menaruh tas di pundaknya.
“ Iya dong, kita kan
hari mau presentasi. Jadi, aku harus berangkat pagi”, jawab Genta sambil menaik
dan menurunkan alis.
“ Ha? Presentasi ? maksud kamu presentasi seni
budaya?”, tanya Geli mengerutkan dahi.
“ Ya iyalah bro, seni
budaya. Apa lagi coba?”, kata Genta percaya diri.
“ Haduh, Genta-Genta.
Apa kamu nggak denger pengumuman kemaren. Presentasinyakan diundur minggu depan.
Kamu sih ngobrol sama Rini”, jawab Gea menerangkan.
“ Ciyus kamu Li? Ya
ampun ( sambil menepuk dahi ) aku bangung pagi, semangat OK, sia-sia aja deh
nggak jadi presentasi. Aku kan udah latihan ngomong buat presentasinya.
Huuuft....”, kata Genta sambil memonyongkan bibir seksinya. Gentapun sedikit
kecewa dengan kesalahannya sendiri. Dia memang anak yang cerewet, suka ngobrol
dan tidak pernah memperhatikan hal-hal penting jika dia sudah memasuki dunia
bincang-bincangan. Gea dan Gelipun merangkul dipundak Genta.
“ Ya udah si nggak
apa-apa. Berartikan minggu depan kita sudah siap dan langsung presentasi tanpa
belajar ngomong dulu. Ya nggak?”, kata Gea.
“ Iya Ta, bener tu kata
Gea, kita tinggal nunggu minggu depan aja buat presentasinya tanpa latihan
ngomong, kan kamu udah belajar hari ini. Simpen dulu kata-katanya agar minggu
depan nggak lupa”, sahut Geli kemudian. Gentapun menjawab, “ Hahaha, iya juga
ya, bodoh aku ini. Ya udah deh, aku catat dulu ya kata-kata yang tadi”,
Gentapun kembali ketempat duduknya, setelah berdiri dan dirangkul Gea dan Geli.
“ Sip deh.” Kata Gea dan
Geli bersamaan.
1 Minggu kemudian..
Pagi yang ditunggu oleh
Genta, akhirnya datang juga.
“ Hai ladys...” Sapa
Genta tiba-tiba yang mengagetkan Gea dan Geli.
“ Ya Allah Genta, kamu
bikin kaget aja deh, untung aku nggak jantungan gara-gara kamu.”, omel Gea yang
sedang ngobrol dengan Geli.
“ Iya deh, maaf. Oh ya,
hari inikan kita mau presentasi, nanti yang semangat ya..?”, kata Genta
bersemangat.
“ Iya Genta, kita akan
menampilkan yang terbaik deh, ya nggak ya’?” Jawab Geli.
“ Oke..”, Geapun ikut
bersemangat.
( Ting tung..ting tung... sekarang memasuki
jam pertama)
Bel masuk sudah dibunyikan. Seluruh murid disekolah
memasuki ruangan masing – masing. Seperti biasa sebelum pelajaran, anak-anak
memulainya dengan berdo’a dan tadarus. Tak lama kemudian bu Gina, guru seni
budaya memasuki kelas Genta.
“ Selamat pagi
anak-anak.” Sapa bu Gina dengan suara lembut di mulut manisnya.
“ Selamat pagi bu...”
anak-anak menjawab bersamaan.
“ Baiklah, anak-anak
hari ini kelompok kalian masing-masing akan mempresentasikan tugas yang kemarin
ibu berikan. Are you ready?”
“ Ready bu..” Jawab
anak-anak serempak.
“ Kita mulai dari
kelompok Genta” Kata bu Gina sambil menunjuk ke arah Genta.
“ Baiklah bu,” Jawab
Genta tegas.
Genta, Gea, dan Gelipun
maju didepan, seperti seorang guru yang akan mengajar murid - muridnya. Dengan
membawa laptop sebagai penyimpan bahan presentasinya.
Gentapun memulai presentasinya. Dia sanagat fasih
berbicara. Kata demi kata dia baca dari layar monitor. Teman-temannyapun
memperhatikan dengan seksama. Mereka kagum dengan Genta. Si anak cerewet dan
suka ngobrol. Tak lama kemudian Genta mengakhiri presentasinya. Teman-teman dan
bu Gina memberi tepuk tangan untuk kelompok Genta. Genta, Gea, Geli saling
berpelukan. Mereka
merasa bahagia karena presentasinya hari ini sangat memuaskan dan Genta sadar
bahwa usaha untuk berangkat pagi tak sia-sia baginya.